
MANAJEMEN PEMUPUKAN NITROGEN PADA TANAMAN JAGUNG
Author(s) -
Syafruddin Syafruddin
Publication year - 2016
Publication title -
jurnal penelitian dan pengembangan pertanian/jurnal penelitian and pengembangan pertanian
Language(s) - Slovenian
Resource type - Journals
eISSN - 2541-0822
pISSN - 0216-4418
DOI - 10.21082/jp3.v34n3.2015.p105-116
Subject(s) - horticulture , physics , mathematics , biology
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung ialah dengan pemupukan sesuai kebutuhan tanaman dan kondisi lahan. Umumnya lahan pengembangan jagung di Indonesia defisiensi hara N sehingga diperlukan tambahan N melalui pemupukan. Manajemen pemupukan N dilakukan dengan memadukan takaran, waktu dan cara pemberian sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lahan. Takaran pupuk N untuk tanaman jagung hibrida dengan peluang hasil 9–13 t/ha adalah 160–260 kg N/ha untuk tanah dengan kadar C-organik rendah, 133–233 kg N/ha untuk tanah dengan kandungan C-organik sedang, dan 105–205 kg N/ha untuk tanah dengan kadar C-organik tinggi. Pupuk diberikan secara bertahap, yaitu setengah atau sepertiga dari takaran rekomendasi pada awal tanam (< 10 HST) dan sisanya pada 31–52 HST dengan dibenamkan di dalam tanah. Penggunaan pupuk N perlu mempertimbangkan faktor pembatas hara lainnya, terutama P dan K. Oleh karena itu, kecukupan dan keseimbangan pemupukan N, P, dan K sangat penting dalam meningkatkan efisiensi pupuk N. Apabila menggunakan pupuk Norganik atau rotasi tanaman jagung dengan kacang-kacangan, penentuan takaran pupuk N-anorganik perlu mempertimbangkan N dari pupuk organik atau rotasi tanaman. Pemupukan N dapat menyebabkan pencemaran udara akibat penguapan NH3, N2O, dan NO serta pencemaran air tanah akibat pencucian NO3. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, diperlukan manajemen pemupukan N yang komprehensif dan pemberian insentif bagi petani yang menggunakan pupuk N-organik, melakukan rotasi jagung dengan tanaman kacang-kacangan, atau tumpang sari jagung dengan kacang-kacangan.