
KONTESTASI PANDANGAN BUDAYA DALAM SEJARAH KONGRES KEBUDAYAAN DI INDONESIA
Author(s) -
Hendi Roy
Publication year - 2021
Publication title -
saskara
Language(s) - Uncategorized
Resource type - Journals
ISSN - 2807-8888
DOI - 10.21009/saskara.011.04
Subject(s) - sociology , humanities , art
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana kontestasi pandangan budaya yang terjadi pada peristiwa Kongres Kebudayaan Indonesia Tahun 1991. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan dan teknik analisis kebudayaan dalam teks. Teks juga akan dianalisis dengan teori sosiologi kebudayaan menurut Raymond Williams untuk melihat proses produksi dan reproduksi budaya dalam teks.
Peneliti menggunakan sebelas teks dari total delapan puluh sembilan teks. Studi ini menyimpulkan bahwa kontestasi pandangan dapat dilihat berdasarkan tiga karakteristik, yaitu terkait wacana pembangunan nasional, modernisasi kebudayaan Indonesia, dan peran kebudayaan dalam sektor kehidupan masyarakat. Hubungan antara kongres dan politik kebudayaan nasional ditunjukkan dengan adanya gagasan yang mendukung diskursus budaya Orde Baru dan mengkritiknya.
Kongres Kebudayaan Indonesia Tahun 1991 melegitimasi politik kebudayaan nasional Orde Baru berdasarkan peran Direktorat Kebudayaan dan TMII, penafsiran atas formasi sosial masyarakat yang terbelakang, dan mode produksi dengan sistem kapitalisme. Sebagai sebuah tradisi yang dilakukan dalam setiap sejarah perkembangan budaya, kongres senantiasa mereproduksi nilai demokratisasi kebudayaan. Gagasan yang melegitimasi politik kebudayaan nasional Orde Baru dicontohkan melalui makalah kebudayaan Barnabas Suebu, Wayan Geriya, Soemitro, Tilaar, dan Sutan Takdir. Sedangkan, yang mengkritik atau menolak gagasan tersebut adalah Nirwan Dewanto, W.S. Rendra, Y.B. Mangunwijaya, Umar Kayam, Dawam Rahardjo, dan Arief Budiman.
Kata Kunci: kebudayaan, kongres kebudayaan, orde baru, analisis teks, politik kebudayaan nasional.