z-logo
open-access-imgOpen Access
"الاجتهادات اللغوية" لتمام حسان Ijtihad-Ijtihad (Interpretasi) Kebahasaan Tammậm Hassận
Author(s) -
Raswan Raswan
Publication year - 2015
Publication title -
al-ma'rifah/al-ma'rifah : jurnal budaya, bahasa dan sastra arab
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2597-8551
pISSN - 1693-5764
DOI - 10.21009/almakrifah.12.01.06
Subject(s) - humanities , arabic , meaning (existential) , philosophy , art , literature , linguistics , epistemology
In this article the writer proposes ijtihad-ijtihad Tammam Hassan in the study of nahwu (Arabic grammatical). And ijtihadat lughawiyyah books which is his masterpiece is the climax of ijtihad that have been initiated since long. Among the results of ijtihad are the first, the view that science of nahwu should always be assessed and investigated, because the language had been developed, the study raised should not stop as long as there is progress in the language besides research methods must be reformulated. Second, the view that the Arabic sentences should pay attention to the elements of al-rashf, if not then an Arabic expression would be very difficult to be understood. The more disciplined in following this rule ‘rashf’ then the sentence will be more easily understood by the reading and listening public. Third, the view that the core purposes of make arrangement 'mabna' meaning is to succeed. in other words the rule ‘mabna’ could be violated if the meaning is not violated or not be ambiguous/unambiguous.   Abstrak: Dalam artikel ini penulis mengemukakan ijtihad-ijtihad Tammam Hassan dalam kajian nahwu. Dan buku ijtihadat lughawiyyah yang merupakan karya besarnya adalah klimaks dari ijtihad yang selama ini sudah dirintis sejak lama. Diantara hasil ijtihad-nya adalah pertama, pandangan bahwa ilmu nahwu harus selalu dikaji dan diteliti, karena bahasa mengalami perkembangan, maka pengkajiannya tidak boleh berhenti selama ada perkembangan pada bahasa tersebut disamping metode penelitiannya pun harus direformulasi. Kedua, pandangan yang menyatakan bahwa dalam menyusun kalimat bahasa Arab harus memperhatikan usnsur-unsur al-rashf, jika tidak maka suatu ungkapan bahasa Arab akan sangat sulit difahami. Semakin disiplin dalam mengikuti kaidah ini (rashf) maka kalimat tersebut akan semakin mudah difahami oleh khalayak pembaca dan pendengar. Ketiga, pandangan yang menyatakan bahwa inti tujuan membuat susunan ‘mabna’ adalah untuk mensukseskan makna. dengan kata lain kaidah itu (mabna) bisa dilanggar jika makna tidak terlanggar atau tidak menjadi rancu/ambigu.   Kata kunci: nahwu, mabnâ, ma'nâ, ar-rashf, ijtihâdât

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here