
Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) berbasis bahaya banjir menggunakan analisis hierarki proses di Kabupaten Kuningan
Author(s) -
Fikri Dwi Haris,
Santun R.P. Sitorus,
Budi Tjahjono
Publication year - 2022
Publication title -
region : jurnal pembangunan wilayah dan perencanaan partisipatif
Language(s) - Uncategorized
Resource type - Journals
eISSN - 2598-019X
pISSN - 1858-4837
DOI - 10.20961/region.v17i1.44172
Subject(s) - forestry , physics , geography
Indonesia memiliki kondisi alam yang tergolong rawan terhadap bencana alam. Penyebab terjadinya bencana di Indonesia bisa disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia. Adapun faktor manusia berupa penerapan penggunaan lahan tidak mempertimbangkan karakteristik bentang alam. Kabupaten Kuningan merupakan salah satu wilayah administratif yang terkena dampak bencana (banjir) akibat penggunaan lahan yang tidak mempertimbangkan karakteristik bentang lahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian antara pola ruang RTRW Kabupaten Kuningan (2011-2031) dengan daerah bahaya bencana banjir di Kabupaten Kuningan. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu Analysis Hierarchy Process (AHP) dan pairwise comparison untuk penentuan skor faktor penyebab banjir dan longsor, interpretasi citra Sentinel visual tahun 2018 untuk menentukan penggunaan lahan di Kabupaten Kuningan serta metode analisis spasial melalui teknik overlay untuk menentukan daerah bahaya banjir dan longsor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor bahaya banjir yang mempunyai bobot terbesar hingga terkecil menurut para pakar berturut-turut adalah curah hujan, kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis tanah, dan elevasi. Bahaya banjir dan longsor terdiri atas 3 kelas, yaitu rendah, sedang, tinggi. Hasil overlay antara faktor-faktor penentu bahaya banjir menunjukkan bahwa: a) Bahaya banjir kelas rendah memiliki luasan 42.771 ha; b) Kelas sedang memiliki luas 48.034 ha; c) Kelas tinggi memiliki luas 28.767 ha. Kesesuaian pola ruang pada kawasan budidaya dengan kelas bahaya banjir menunjukkan bahwa kawasan permukiman perdesaan pada kelas bahaya sedang memiliki luasan tertinggi sebesar 7.998 ha. Pada kelas bahaya tinggi, pertanian lahan basah memiliki luasan tertinggi yaitu 7.646 ha.