
Tren Deposisi Amonium di Serpong dan Bandung
Author(s) -
Asri Indrawati,
Retno Puji Lestari,
Dyah Aries Tanti
Publication year - 2020
Publication title -
ecolab
Language(s) - English
Resource type - Journals
ISSN - 1978-5860
DOI - 10.20886/jklh.2020.14.2.147-156
Subject(s) - environmental science , forestry , geography
Konsentrasi amonium yang ada dalam air hujan dapat membentuk ion amonium yang berasal dari reaksi amonia dengan air hujan. Ion amonium memiliki faktor netralisasi terhadap nilai keasaman air hujan. Jika konsentrasinya cukup besar, deposisi amonium akan memberikan fenomena lingkungan yang beragam, seperti eutrofikasi dan pengasaman tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat tren deposisi amonium secara temporal, baik bulanan, musiman maupun tahunan di Serpong dan Bandung. Data yang digunakan yaitu data rata-rata tertimbang konsentrasi ion amonium dalam air hujan tahun 2000–2018. Sampel air hujan dianalisis dengan menggunakan kromatografi ion untuk mengetahui besarnya konsentrasi ion amonium, dilanjutkan dengan perhitungan fluks deposisi amonium dan menjalankan model Hybrid Single Particle Lagrangian Integrated Trajectory Model (HYSPLIT) untuk mengetahui trayektori polutan amonia untuk Serpong dan Bandung. Hasil penelitian menunjukkan kenaikan konsentrasi ion amonium dari tahun 2000 – 2018 untuk Serpong sebesar 2,64%, dengan konsentrasi tertinggi pada tahun 2013 sebesar 83 µmol/L. Sedangkan untuk Bandung mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 87,87% dengan konsentrasi terendah pada tahun 2010 sebesar 32 µmol/L. Karakteristik tren deposisi amonium bulanan menunjukkan kenaikan konsentrasi pada bulan Juli – Oktober. Pada musim penghujan, konsentrasi ion amonium lebih rendah bila dibandingkan dengan musim kemarau. Fluks deposisi amonium berfluktuasi setiap tahunnya dengan mengikuti pola curah hujan, dan mengalami kenaikan dari tahun 2000 – 2018 sebesar 35% untuk Serpong dan mencapai 272% untuk Bandung. HYSPLIT model menunjukkan trayektori polutan yang berasal dari wilayah Bali dan Nusa Tenggara untuk Serpong pada musim kemarau, sedangkan sumber polutan di Bandung, dapat berasal dari Australia. Pada musim penghujan, sumber polutan baik di Serpong maupun Bandung, berasal dari lautan.