z-logo
open-access-imgOpen Access
Interaksi Filsafat Islam dan Irfan dalam Ḥikmah Muta’aliyah
Author(s) -
Abulfazel Kiashemshaki
Publication year - 2014
Publication title -
kanz philosophia
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2442-5451
pISSN - 2407-1056
DOI - 10.20871/kpjipm.v4i1.55
Subject(s) - philosophy , harmony (color) , islam , theology , art , visual arts
: In early period of Islamic thoughts, Philosophy and Irfan were acting as if two opposite poles which are difficult, if not to say impossible, to reconcile. Philosophy more emphasizes on discursive reason as an instrument, while Irfan more believes in intuitive witnessing (mukāsyafah) and puts reason in doubt, to disclose the ultimate reality. However, Muslim philosophers  through their deep investigations on both realms tried to end the controversy and to reconcile between them. This spirit has been started by a great philosopher, Suhrawardi, by means of his philosophical thoughts well-known by Illuminationism (Ḥikmah Isyraqiyyah) and found its perfect formulation in the hands of prominent philosopher, Mulla Sadra, with his Ḥikmah Muta’aliyah. This writing tries to adduce some knots of interaction between Islamic Philosophy and Irfan which were formulated by Mulla Sadra in his special and brilliant theories. He succeeded to combine some great thoughts of philosophers and ‘urafā’ in one construction of hikmah, in such a way it can create a harmony which completes each other. Keywords :  ḥikmah muta’aliyah, discursive reason, intuitive  witnessing, ḥikmah dzauqiyyah, ḥikmah bahtsiah.       Abstrak : Filsafat dan Irfan pada periode awal pemikiran Islam tampak seolah-olah dua kutub berlawanan yang sulit, jika tidak  dikatakan tidak mungkin, untuk dipertemukan. Untuk  menyingkap hakikat, Filsafat lebih menitikberatkan akal  diskursif sebagai instrumen, sementara Irfan lebih percaya  kepada penyaksian intuitif (mukāasyafah) dan meragukan akal.  Namun demikian, para filosof filsuf Muslim dengan kedalaman telaah mereka terhadap kedua ranah tersebut telah berusaha  mengakhiri pertentangan dan mendamaikan keduanya. Semangat ini telah dimulai oleh seorang filosof filsuf besar, Suhrawardi, dengan pemikiran filsafat Iluminasionismenya (Ḥikmah Isyraqiyyah) dan menemukan bentuknya yang lebih sempurna di tangan seorang filosof filsuf ternama, Mulla Sadra, dengan Ḥikmah Muta’aliyahnya. Tulisan ini berusaha untuk menunjukkan simpul-simpul interaksi pemikiran Filsafat Islam dan Irfan yang digagas oleh Mulla Sadra dalam teori-teorinya  yang khas dan brillian. Ia berhasil memadukan berbagai  pemikiran besar filosof filsuf dan ‘urafā’ dalam satu bangunan hikmah sehingga tercipta suatu keharmonisan yang saling menyempurnakan dari kedua ranah tersebut. Kata-kata Kunci : ḥikmah muta’aliyah, akal diskursif, penyaksian intuitif, ḥikmah dzauqiyyah, ḥikmah bahtsiah.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here