
The Ruins Of Love : Ibn ‘Arabi’s Poetics of Perplexity
Author(s) -
Nikos Yiangou
Publication year - 2012
Publication title -
kanz philosophia
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2442-5451
pISSN - 2407-1056
DOI - 10.20871/kpjipm.v2i2.37
Subject(s) - philosophy , humanities , poetics , mysticism , poetry , theology , literature , art , linguistics
Abstrak : Muhyiddin Ibn ‘Arabi terkenal dengan karyanya yang banyak dan meliputi hampir setiap subjek, termasuk teologi, kosmologi, hukum, lsafat dan ilmu-ilmu mistis, sekitar 350 karya. Apa yang kurang dikenal adalah kenyataan bahwa ia juga seorang penyair luar biasa dan berbakat, dengan beberapa ribu puisi. Jika ia menjelaskan secara detail fenomenologi dan penafsiran ontologis pengalaman mistik dalam karya- karya seperti Futūhāt al-Makkiyya, maka dalam puisinyalah ekspresi gairah cinta-Nya untuk yang tercinta terungkap dalam aspek kemanusiaan yang menyeluruh. Kondisi seseorang yang melalui keterpisahan menuju penyatuan, tauhid, yang diungkapkan melalui puisinya menjadi sangat hidup, melintasi berbagai macam kebahagiaan dan kehilangan yang disadari benar oleh sang pecinta untuk yang tercinta ini dapat ditemukan dalam segala hal, namun tidak dapat dicakupi oleh apapun, juga tidak pernah dimiliki. Kata kunci : Puisi, ketakjuban, cinta, yang tercinta, Tarjumān al-Ashwaq, Nizam, Ka’bah Abstract : Muhyiddin Ibn ‘Arabi is renowned for his voluminous output of works on almost every subject, including theology, cosmology, jurisprudence, philosophy and the mystical sciences, numbering some 350 works. What is less known is the fact that he was also a prodigious and talented poet, with an output of several thousand poems. While he describes in great detail the phenomenology and ontological exegesis of his mystical experiences in works such as the Futūhāt al-Makkiyya, it is in his poetry where the expression of his passionate love for his beloved is revealed in its full humanity. The condition of one who has passed from separation to union, tawhid, is revealed through his poetry to be intensely alive, traversing the full range of bliss and loss that lovers know all too well, for his beloved is to be found in every thing, yet cannot be contained by any thing, hence never to be possessed. Keywords : Poetry, perplexity, love, beloved, Tarjumān al-Ashwāq, Nizam, Ka’bā