z-logo
open-access-imgOpen Access
Matinya Kepercayaan Agama
Author(s) -
Abdul Wahid
Publication year - 2017
Publication title -
ulumuna
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2355-7648
pISSN - 1411-3457
DOI - 10.20414/ujis.v10i1.437
Subject(s) - humanities , art , theology , philosophy
Otoritas agama sebagai pembawa kedamaian, keberkahan, dan kesejahteraan bagi umat manusia dewasa ini semakin digugat. Kalangan filosof telah memberi preseden bagi gugatan itu. Agama dianggap tidak lagi sejalan dengan kehidupan modern yang rasionalistik.[1] Nietzche, misalnya, dengan statemen “God is dead”-nya, menggugat agama dan kepercayaan umat manusia sebagai sesuatu yang sama sekali tidak menolong kehidupan dan karenanya ditinggalkan oleh para penganutnya. Karl Marx melihat agama hanyalah sekumpulan mitos-mitos metafisik yang meninabobokan dan seringkali menjadi alat untuk melegitimasi berbagai praktik penindasan sehingga agama tidak ubahnya candu bagi kehidupan. Pandangan skeptis terhadap agama terus berkembang mengikuti mainstreammodernitas. Agama kemudian dibenturkan dengan rasionalisasi cara pandang terhadap segala aspek kehidupan, dan itu seringkali berakhir dengan keterpojokan posisi agama. Pada tataran filosofis, gugatan terhadap agama terjadi karena agama terkikis sedikit demi sedikit pijakan argumentatifnya oleh serbuan rasionalisme modern. Sementara pada tataran sosiologis, agama digugat karena kehilangan elan vitalnya sebagai entitas pembangunan masyarakat di satu sisi dan keterlibatannya yang intens dalam berbagai praktik penindasan, konflik, dan kekerasan.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here