Open Access
NGAJHI KA LANGGHÂR: The Educational Nursery of Moderation of Islam in Madura
Author(s) -
Naufil Istikhari,
Ulfatur Rahmah
Publication year - 2020
Publication title -
islamuna : jurnal studi islam
Language(s) - English
Resource type - Journals
ISSN - 2443-3535
DOI - 10.19105/islamuna.v7i2.2278
Subject(s) - islam , sociology , humanities , theology , art , philosophy
The existence of langghâr in Madura has been the most important cultural heritage of Muslim society after pesantren. This research aims to explore and analyze that the langghâr in Madura has not been only functioned as both a place to pray together and learn holy Qur’an among Muslim children, but also can be functioned as a field of shaping deep Islamic character. The practice of ngajhi ka langghâr in Desa Gapura Timur and Desa Lembung Timur, langghâr has been used as an object in this research, has not been only functioned in learning a holy Qur’an, but also —this is the most crucial— as a field to study some Islamic jurisprudences and basic literature of sufism. By using Pierre Bourdieu’s theory of field and habitus, this research found an important thesis that ngajhi ka langghâr can be declared as the most primordialistic sub-culture, outside of pesantren, that contributes to creating an educational nursery of moderation of Islam in Madura.[Keberadaan langghâr di Madura telah menjadi warisan budaya terpenting masyarakat muslim setelah pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan menganalisis bahwa langghâr di Madura tidak hanya difungsikan sebagai tempat salat berjemaah dan belajar Al-Qur’an di kalangan anak-anak muslim, tetapi juga dapat difungsikan sebagai medan pembentukan karakter Islam yang mendalam. Praktik ngajhi ka langghâr di Desa Gapura Timur dan Desa Lembung Timur, langghâr yang dijadikan objek dalam penelitian ini, tidak hanya difungsikan dalam pembelajaran Al-Qur’an, tetapi juga —inilah yang paling krusial— sebagai bidang studi beberapa fikih Islam dan literatur dasar tasawuf. Dengan menggunakan teori lapangan dan habitus Pierre Bourdieu, penelitian ini menemukan tesis penting bahwa ngajhi ka langghâr dapat dinyatakan sebagai sub-budaya paling primordialistik, di luar pesantren, yang berkontribusi dalam menciptakan pembibitan pendidikan moderasi Islam di Madura]