
PELANGGARAN CP UNTUK BAURAN PARTIKEL Bs;d DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA TEORI PELANGGARAN FLAVOR MINIMAL
Author(s) -
Moch Bayu,
Erika Rani
Publication year - 2014
Publication title -
jurnal neutrino
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2460-5999
pISSN - 1979-6374
DOI - 10.18860/neu.v7i1.2637
Subject(s) - physics , meson , particle physics
Meson merupakan partikel yang disusun oleh satu quark (materi) dan satu anti-quark (anti-materi) yang terikat gaya nuklir kuat. Ada tiga partikel meson yang istimewa: meson B, meson D, dan meson K. Terpisah dari pembahasan meson D dan meson K. Meson B merupakan salah satu bagian dari keluarga partikel hadron yang sampai saat ini masih menjadi teka-teki oleh para fisikawan partikel. Salah satu masalah pada meson B adalah partikel ini mengalami pelanggaran CP pada saat meluruh. Hal ini mengidentifikasikan bahwa massanya mengalami bauran atau lebih tepatnya terdapat nilai asimetri antara keadaan materi dan keadaan antimaterinya. Suatu model atau pendekatan telah dikembangkan oleh para fisikawan untuk menyelidiki sacara teoritis terkait karakteristik partikel elementer, termasuk meson B. Model ini tidak lain dinamakan pelanggaran flavor minimal (MFV), yang mana ide dasarnya mengkaji keadaan suatu materi pada skala energi TeV (Tera electron Volt). Dengan menggunakan metode ini, bentuk operator, bentuk Lagrangian, kehadiran pelanggaran CP, dan bauran untuk partikel Bs;d dalam kerangka kerja teori pelanggaran flavor minimal dapat diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, bentuk operator bauran dapat dikontruksi dari kombinasi kopling Yukawa MFV, sedangkan bentuk Lagrangiannya dapat diperoleh dari bentuk operator bauran yang merupakan kombinasi linier dari konstanta c i . Jika enam koefisien c 1 , c 2 , c 3 , c 4 , c 5 dan c 6 didapat, maka harga M 12 akan bisa ditentukan. Dari enam koefisien operator ini akan menyebabkan efek dalam partikel mixing B s,d , jika .Untuk mengetahui ada tidaknya pelanggaran CP pada kasus ini bisa dilihat pada nilai fase, . Bila terdapat suatu pelanggaran CP, maka nilai fase haruslah . Sebaliknya jika, , maka tidak akan terjadi pelanggaran CP.