Open Access
Solidaritas umat beragama dalam melestarikan kegiatan Belimbur pada Upacara Erau adat Kutai Kartanegara
Author(s) -
Putri Ayu Ananda,
Ahmad Arif Widianto
Publication year - 2021
Publication title -
jurnal integrasi dan harmoni inovatif ilmu-ilmu sosial
Language(s) - English
Resource type - Journals
ISSN - 2797-0132
DOI - 10.17977/um063v1i3p379-387
Subject(s) - ceremony , sociology , harmony (color) , solidarity , meaning (existential) , humanities , social science , history , art , law , epistemology , political science , visual arts , philosophy , archaeology , politics
The Erau ceremony is one of the traditional Kutai Kartanegara ceremonies that are sacred and highly respected by the Tenggarong people. In the Erau Ceremony, there are various processes and activities in it, from establishing ayu to Belimbur. Belimbur is an activity that implies purifying oneself by watering fellow communities using mahakam river water. This study focuses on the attitudes of the Tenggarong community in dealing with a group of people who do not follow the rules during Belimbur as well as the ways of the community in preserving Belimbur activities. Because it makes people restless and afraid to take part in Belimbur events. With the aim of informing the public about the involvement of a religion and tradition which will then form a religious harmony in maintaining the Belimbur tradition in the Erau ceremony. The method used in this research is qualitative to explain the process of Belimbur activities, the form of commotion and the solidarity of the religious community in preserving Belimbur activities studied with Emile Durkheim's solidarity theory. This social solidarity which is formed in the community of religious communities in preserving the activities of Belimbur is fulfilled by the element of belief and understanding of the meaning contained in Belimbur activities and the purpose of carrying out Belimbur. Here the Sultan or Prince Mahkota as a charismatic traditional leader certainly has rules that need to be followed by his community.
Upacara Erau adalah salah satu upacara adat Kutai Kartanegara yang sakral dan sangat dihormati oleh masyarakat Tenggarong. Dalam Upacara Erau terdapat rangakain proses dan kegiatan didalamnya mulai dari mendirikan ayu hingga Belimbur. Belimbur adalah salah satu kegiatan yang mengandung makna mensucikan diri dengan menyiram sesama masyarakat dengan menggunakan air sungai mahakam. Penelitian ini berfokus pada sikap masyarakat Tenggarong dalam mengghadapi sekelompok oknum yang tidak mengikuti aturan saat Belimbur serta cara masyarakat dalam melestarikan kegiatan Belimbur. Karena membuat masyarakat resah dan takut untuk mengikuti acara Belimbur. Dengan tujuan menginformasikan kepada masyaraat tentang keterlibatan sebuah agama dan tradisi yang kemudian akan membentuk sebuah kerukunan umat beragama dalam menjaga tradisi Belimbur dalam upacara Erau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif untuk menjelaskan tentang proses kegiatan Belimbur, betuk keributan serta solidaritas masyarakat umat beragama dalam melestarikan kegiatan Belimbur yang dikaji dengan teori solidaritas Emile Durkheim. Solidaritas sosial ini yang terebtuk pada masyarakat umat beragama dalam melestarikan kegaiatan Belimbur dipenagurhi oleh adanya unsur kepecayaan dan paham mengenai makna yang terkandung dalam kegitan Belimbur dan tujuan dari di laksanakannya Belimbur. Disini Sultan atau Putera Mahkota sebagai pemimpin adat yang berkharisma tentu memiliki aturan-aturan yang perlu dikuti oleh mayarakatnya.