z-logo
open-access-imgOpen Access
Dinamika Kesenian Sasapian: Dari Tradisi Ritual hingga Media Promosi Pariwisata (1999-2017)
Author(s) -
Elvira Mela Maudina,
Didin Saripudin
Publication year - 2021
Publication title -
factum/factum: jurnal sejarah dan pendidikan sejarah
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2615-515X
pISSN - 2302-9889
DOI - 10.17509/factum.v10i1.28855
Subject(s) - tourism , entertainment , creativity , the arts , globalization , ceremony , history , sociology , art , visual arts , media studies , political science , law , archaeology
This research was written to answer the main problems related to how the dynamics of sasapian art occurred in 1999-2017. This research uses historical methods, consisting of several research steps. First, heuristics( collection of sources), criticisms, and most recent historiography (historical writing). From the research conducted, the results obtained that the appearance of sasapian art in Cihideung Village is backgrounded by the socio-cultural condition of cihideung village people who are very attached to magical life. This sasapian art first appeared between 1920-1940s, when sasapian art was considered as a means of communication between the people and the spirits of ancestors / karuhun, as well as as a form of gratitude to the Creator for abundant crops, and the availability of abundant water. Sasapian art continues to be traditionalized at Hajat cai/Ngaruat Solokan. In 1999, tourism developed in Cihideung Village, a tradition of Hajat cai/Ngaruat Solokan that displays sasapian art slowly began to be abandoned. Sasapian art began to reform as a means of people's entertainment. In 2007, sasapian art innovation was introduced under the name Sapi Gumarang, and created a tourism event called Cihideung Festival, since then sasapian arts changed function as a means of promoting tourism, which supports the implementation of creative economy in Cihideung Village. Factors that influence the dynamics that occur in Cihideung Village are globalization, tourism rate, and artist creativity.Keywords: Sasapian Art, Cihideung Village, Ritual Traditions, Tourism.ABSTRAKPenelitian ini ditulis guna menjawab permasalahan utama terkait bagaimana dinamika kesenian sasapian yang terjadi pada tahun 1999-2017. Penelitian ini menggunkan metode historis, yang terdiri dari beberapa langkah penelitian. Pertama, heuristik (pengumpulan sumber), kritik, dan yang terkahir historiografi (penulisan sejarah). Dari penelitian yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa kemunculan kesenian sasapian di Desa Cihideung dilatar belakangi oleh kondisi sosial budaya masyarakat Desa Cihideung yang sangat lekat dengan kehidupan magis. Kesenian sasapian ini muncul pertama kali antara tahun 1920-1940-an, saat itu kesenian sasapian dianggap sebagai sarana komunikasi antara masyarakat dengan roh-roh leluhur/karuhun, serta sebagai wujud penyampaian rasa syukur kepada Sang Pencipta atas hasil panen yang melimpah, dan ketersediaan air yang melimpah pula. Kesenian sasapian terus ditradisikan pada acara Hajat cai/Ngaruat Solokan. Tahun 1999, pariwisata berkembang di Desa Cihideung, tradisi Hajat cai/Ngaruat Solokan yang menampilkan kesenian sasapian perlahan mulai ditinggalkan. Kesenian sasapian mulai bertranformasi sebagai sarana hiburan rakyat. Tahun 2007 diperkenalkan bentuk inovasi kesenian sasapian dengan nama Sapi Gumarang, serta dibuat event pariwisata bernama Cihideung Festival, sejak saat itu kesenian sasapian berubah fungsi sebagai sarana media promosi pariwisata, yang mendukung terlaksananya ekonomi kreatif di Desa Cihideung. Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika yang terjadi di Desa Cihideung yaitu globalisasi, laju pariwisata, dan kreatifitas seniman.Kata Kunci: Kesenian Sasapian, Desa Cihideung, Tradisi Ritual, Pariwisata.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here