
Strategi Pengajaran Bahasa Daerah (Sunda) Untuk Mahasiswa Nonsunda Di PGSD UPI Kampus Cibiru
Author(s) -
Etty Rohayati
Publication year - 2016
Publication title -
eduhumaniora : jurnal pendidikan dasar/eduhumaniora
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2579-5457
pISSN - 2085-1243
DOI - 10.17509/eh.v1i2.2729
Subject(s) - humanities , art
Abstrak Sesuai pasal no. 36 UUD 1945 yang menekankan bahwa “Di daerah‐daerah yang mempunyai bahasa sendiri yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik‐baik (misalnya bahasa Jawa, Sunda, Madura dan sebagainya) bahasa‐bahasa itu akan dihormati dan dipelihara oleh negara, Bahasa‐bahasa itu pun merupakan sebagian dari budaya Nusantara” dan sejalan pula dengan rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang “Pemeliharaan Bahasa‐bahasa ibu” Salah satunya realisasi dipeliharanya bahasa daerah (Sunda) oleh pemerintah di Jawa Barat, jelas dengan adanya pengajaran bahasa Sunda dari mulai tingkat SD , SLTP, sebagian SMU/SMK, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra di Perguruan Tinggi, misal UPI, UNPAD dan UNPAS. Begitu juga PGSD UPI Bandung Kampus Cibiru, telah kerjasama dalam pendidikan progran stara ‐1 (S‐1) dengan kabupaten Kaimana, Propinsi Irian. Dan diantara program pendidikan adanya pendidikan bahasa Daerah (Sunda), pada semester tiga sebanyak tiga SKS. Strategi pembelajaran yang dilaksanakan yaitu secara teoritis, analisis kanstrantif. Materi perkuliahan yang disampaikan yaitu sesuai dengan empat keterampilan berbahasa di antaranya menyimak secara teoritis mengenai hakekat, kedudukan dan fungsi bahasa daerah, berbicara disesuaikan dengan kebutuhan sehari‐hari (kontekstual dan fungsional), misalnya dialog; perkenalan, ucapan selamat, ucapan terima kasih dan minta maaf, perbandingan kata‐kata yang berhubungan dengan tubuh, struktur keluarga, peralatan dapur, peralatan pertanian dan pertukangan. Membaca, mengapresiasi dan membandingkan hasil karya sastra, menulis aksara Sunda. Evaluasi berupa UTS dan UAS, pengembangan materi berupa tugas‐tugas, yang hasilnya cukup memuaskan. Key Word: Bahasa Daerah, Strategi pengajaran, Suku non‐Sunda