
GLASS CEILLING DAN GUILTY FEELING SEBAGAI PENGHAMBAT KARIR PEREMPUAN DI BIROKRASI
Author(s) -
Partini
Publication year - 2014
Publication title -
komunitas
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2460-7320
pISSN - 2460-7312
DOI - 10.15294/komunitas.v5i2.2740
Subject(s) - glass ceiling , civil servant , feeling , bureaucracy , dominance (genetics) , political science , gender studies , sociology , psychology , politics , social psychology , law , biochemistry , chemistry , gene
AbstrakSecara kuantitas pertambahan pegawai negeri sipil perempuan mengalami peningkatan yang signifikan, namun belum diikuti dengan terbukanya akses untuk dapat menjadi pejabat struktural dan pejabat publik yang strategis. Artikel ini membahas faktor-faktor yang menyebabkan belum terbukanya akses untuk menjadi pejabat. Penelitian dilakukan di Aceh. Hasil penelitian menunjukan perasaan ambigu, kurang percaya diri, dan kurangnya dukungan lingkungan sosial yang disebabkan karena dominasi dari kultur dan struktur menguatkan fenomena glass ceiling. Rendahnya akses perempuan dalam jabatan strategis akan berdampak pada kualitas kebijakan publik yang dirumuskan menjadi tidak sensitif gender.AbstractThe number of female civil servant has increased significantly nowadays. However, this opportunity yet to be followed by the opening access for women in the structural and strategic position. The research aims to discuss factors that inhibit womens careers. The research was conducted in Nangroe Aceh Darrusalam. The result shows that ambiguous feelings, lack of confidence and social support environment as well as dominance of patriarchal culture and structure inhibit womens career in bureaucracy. The lack of womens access in strategic positions would result in gender insensitive public policies. 2013 Universitas Negeri Semarang