z-logo
open-access-imgOpen Access
Gejala Heat Strain pada Pekerja Pembuat Tahu di Kawasan Kamboja Kota Palembang
Author(s) -
Dicky Zulhanda,
Mona Lestari,
Desheila Andarini,
Novrikasari Novrikasari,
Yuanita Windusari,
Poppy Fujianti
Publication year - 2021
Publication title -
jurnal kesehatan lingkungan indonesia
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2502-7085
pISSN - 1412-4939
DOI - 10.14710/jkli.20.2.120-127
Subject(s) - physics , waste management , engineering
Latar belakang: Pabrik tahu merupakan salah satu tempat kerja yang berpotensi menimbulkan iklim kerja panas. Hal ini tidak terlepas dari penggunaan api sebagai media produksi yang dapat menyebabkan seseorang mengalami heat strain. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi gejala heat strain pada pekerja pembuat tahu dan faktor apa yang paling mempengaruhi gejala heat strain tersebut.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dan penetapan sampel menggunakan teknik total sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 54 orang yang berasal dari enam pabrik tahu. Analisis data penelitian menggunakan uji chi square untuk analisis bivariat dan uji regresi logistik berganda untuk analisis multivariat.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan proporsi gejala heat strain pada pekerja sebesar 64,8% dan diketahui bahwa adanya hubungan antara iklim kerja panas (p-value = 0,008), usia (p-value = 0,014), dan konsumsi air minum (p-value = 0,002) dengan gejala heat strain, dan tidak adanya hubungan antara lama kerja (p-value = 0,077) dengan gejala heat strain. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara iklim kerja panas dengan gejala heat strain (p-value = 0,004) setelah dikontrol oleh variabel perancu.Simpulan: Hasil penelitian diketahui bahwa iklim kerja panas merupakan faktor yang paling mempengaruhi gejala heat strain pada pekerja pembuat tahu di Kawasan Kamboja Kota Palembang. Pemilik pabrik tahu dapat melakukan perbaikan ventilasi dan memasang plafon di pabrik, serta menyediakan fasilitas air minum untuk memenuhi kebutuhan air 2,8 liter/hari bagi pekerja. Title: Heat Strain Symptoms in Tofu Production Workers in Kamboja Area of Palembang CityBackground: Tofu industry is one of workplaces which has potential in creating hot working climate. This industry cannot be separated from the use of fire as one of production element where exposure to fire may cause workers to experience heat strain. This study aimed to determine the proportion of heat strain symptoms in tofu workers and what factors most influence the symptoms of heat strain.Method: This study used cross sectional study design and samples were determined by using total sampling technique.  Samples in this study amounted to 54 workers from six tofu making businesses. Analysis for study data was using chi-square test for bivariate analysis and multiple logistic regression test for multivariate analysis.Result: The study showed that the proportion for workers with heat strain symptoms was 64.8%. It was found that there was a correlation between hot work climate (p-value = 0.008), age (p-value = 0.014), and water consumption (p-value = 0.002) with heat strain symptoms. Meanwhile, there is no correlation between work length (p-value = 0.077) with heat strain symptoms. The result of multivariate analysis showed that there was a correlation between hot working climate and heat strain symptoms (p-value = 0.004) after control applied from confounding variables.Conclusion: The result showed that the hot working climate was the most influencing factor for the symptoms of heat strain on tofu workers. Tofu factory owners can repair ventilation and install ceilings in the factory. Besides, provide drinking water facilities to meet 2.8 liters/day for workers’ water needs.

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here