z-logo
open-access-imgOpen Access
Peran Laki-Laki dalam Program Pemberdayaan Perempuan
Author(s) -
Pajar Hatma Indra Jaya
Publication year - 2018
Publication title -
musawa
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2503-4596
pISSN - 1412-3460
DOI - 10.14421/musawa.1.171.70-85
Subject(s) - poverty , loan , political science , microfinance , gender equality , humanities , sociology , gender studies , economics , finance , art , law
Muhammad Yunus percaya bahwa membuka akses ke pinjaman bank merupakan cara yang paling penting untuk pengentasan kemiskinan dan wanita lebih dapat dipercaya dalam menggunakan uang daripada laki­laki. Cara ini berhasil dipraktikan Yunus di Bangladesh yang diapresiasi dengan hadiah nobel perdamaian. Keberhasilan tersebut telah menggugah banyak negara untuk menerapkan model­nya, termasuk Indonesia dengan program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM Mandiri di daerah pedesaan. Program ini memberikan akses khusus kepada perempuan untuk memperoleh pinjaman, sedangkan laki­laki tidak diperbolehkan mengakses program. Menjadi penting untuk memeriksa bagaimana peran laki­laki dalam penggunaan pinjaman dari Program SPP, mengingat dominasi budaya patriarki dalam masyarakat Jawa. Makalah ini menemukan bahwa ada beberapa jenis peran laki­laki dalam program. Salah satu jenisnya dramaturgi; meskipun perempuan secara resmi mengambil pinjaman, tetapi suaminya yang benar­benar menjalankan bisnis tersebut.[Muhammad Yunus believes that opening access to bank loan is the most important way for poverty alleviation and women are more credible than men in monetary management. This method is successfully practicing in Bangladesh and Yunus got the Nobel Peace Prize. This success story has inspired many countries to implement its models, including Indonesia with the Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM Mandiri program in rural areas. The program provides special access to women to obtain a loan, while men are not allowed to access the program. It becomes important to examine how the male role in using the SPP loan program is due to the dominance of patriarchal culture among Javanese societies. This article discovers that there are several types of male role in this program, one of them is type of dramaturgy; the woman formally takes the loan, but her husband who actually runs the business.]

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here