z-logo
open-access-imgOpen Access
Tarekat “Virtual”: Sebuah Gagasan Alternatif Bertarekat Dari Muhammad Nursamad Kamba
Author(s) -
Helmi Mustofa
Publication year - 2021
Publication title -
jurnal kajian islam interdisipliner/jurnal kajian islam interdisipliner
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2775-8281
pISSN - 2579-4930
DOI - 10.14421/jkii.v4i2.1068
Subject(s) - humanities , sociology , art
Penelitian ini mencoba mendeskripsikan pandangan Muhammad Nursamad Kamba tentang apa yang dia sebut sebagai tarekat “virtual”. Suatu cara bertasawuf dan bertarekat yang berbeda dalam sejumlah metode dengan tarekat formal. Metode tersebut terangkum dalam kata “virtual”. Kata “virtual” di sini tidak terutama merujuk pada makna dunia internet atau dunia maya, sebagaimana kata tersebut digunakan selama ini, melainkan pada “keberguruan dari seorang murid kepada guru secara jarak jauh atau remote.” Pada sisi praktis, tarekat “virtual” menawarkan kemudahan dalam dalam bertasawuf kepada siapa saja, terutama bagi orang-orang yang hidup dalam kultur profesional, perkotaan, dan urban, yang boleh jadi mencari alternatif dalam bertarekat. Namun, sebagai seseorang yang memiliki gagasan tarekat “virtual”, menariknya Muhammad Nursamad Kamba tidak menempuh metode sebagaimana yang sudah ada dengan misalnya membentuk padepokan, kelas, atau program yang ditujukan kepada kelas menengah kota. Karena itu, selain coba memaparkan secara ringkas gagasan tarekat “virtual” ini, tulisan ini akan melihat bagaimana Muhammad Nursamad Kamba mengartikulasikan tasawuf di tengah masyarakat modern. Dua di antara yang dilakukannya adalah mendirikan Prodi Tasawuf Psikoterapi pada Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan aktif dalam forum dan komunitas Maiyah yang diasuh oleh budayawan Emha Ainun Nadjib.[This research seeks to describe and interpret a new “genre” of school of Sufism called Tarekat “Virtual” introduced by Muhammad Nursamad Kamba. Interestingly, the term “virtual” in this case has nothing to do with what it is commonly known as “the internet”, but it is a new paradigm that shifts a formalistic way of Sufism into a more personal relationship between the Mursyid and their students through a distance of teaching approach.  On the ground, this new method offers tremendous alternatives and more convenience features of Sufism towards urban millennials or among professional communities who are now on the rise. This research is intended to understand both the usage of tarekat “Virtual” in current urban Indonesian society, more specifically in academic communities (such as with the establishment of Department of Tasawuf Psychotherapy in UIN Sunan Gunung Jati Bandung initiated by Kamba), and the wider roles of Kamba’s idea of modern Sufism in fast growing forum of Maiyah movement initiated by Emha Ainun Nadjib.] 

The content you want is available to Zendy users.

Already have an account? Click here to sign in.
Having issues? You can contact us here