
Spirituality Amidst the Uproar of Modernity: the Ritual of Dhikr and its Meanings among Members of Naqshbandy Sufi Order in Western Europe
Author(s) -
Asfa Widiyanto
Publication year - 2006
Publication title -
al-jami'ah/al-jamiah
Language(s) - Uncategorized
Resource type - Journals
SCImago Journal Rank - 0.161
H-Index - 6
eISSN - 2338-557X
pISSN - 0126-012X
DOI - 10.14421/ajis.2006.442.251-274
Subject(s) - humanities , philosophy , political science , theology
Artikel ini dimaksudkan untuk menelaah ritual dhikr dan maknanya di kalangan jamaah Naqshabandy di Eropa. Artikel ini tidak hanya mengungkapkan hasil pengamatan semata, tetapi juga mencatat ekspresi pengalaman jamaah sufi dengan bahasa mereka sendiri. Dengan demikian, diharapkan tradisi sufi tidak hanya dipahami sebagai fenomena sosial biasa, tetapi lebih sebagai tradisi yang terus hidup dan berkembang dalam masyarakat. Pada dasarnya, Naqshabandy adalah aliran sufi yang mengutamakan ketenangan dalam menapak jalan menuju Tuhan. Dhikir bagi jamaah Naqshabandy mengandung berbagai makna, baik yang abstrak maupun yang praktis. Sejarah juga telah mencatat keterlibatan kaum sufi, termasuk Naqshabandy, dalam persoalan politik dan ekonomi. Ini akan terus berlanjut bila situasi dan kecenderungan kelompok sufi mendukung ke arah tersebut sehingga tidak hanya terkait dengan persoalan spiritual, tetapi juga jaringan ekonomi dan politik.