Open Access
Hubungan antara Faktor Risiko pada Ibu dan Kondisi Neonatus dengan Jumlah Eritrosit Berinti pada Neonatus Tunggal Cukup Bulan di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo
Author(s) -
Ellya Marliah,
Rinawati Rohsiswatmo,
Djajadiman Gatot
Publication year - 2016
Publication title -
aksi spenduyo : majalah smp negeri 2 mendoyo
Language(s) - English
Resource type - Journals
ISSN - 2338-5022
DOI - 10.14238/sp10.5.2009.345-50
Subject(s) - medicine , gynecology
Latar belakang. Jumlah eritrosit berinti (EB) pada neonatus berpotensi menjadi prediktor kondisineonatus, seperti perlunya perawatan intensif. Hal tersebut belum pernah diteliti di RSUPN CiptoMangunkusumo.Tujuan. Mengetahui hubungan antara faktor-faktor risiko pada ibu dan kondisi neonatus dengan jumlahEB pada neonatus tunggal cukup bulan.Metode. Studi potong lintang analitik pada neonatus tunggal cukup bulan dan ibunya antara bulan Maretsampai Juni 2008 di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI – RSCM. Penghitungan jumlah EB dilakukanpada sediaan apusan darah tepi yang diambil dari vena tali pusat dan dihitung per 100 leukosit.Hasil. Didapatkan 117 pasang ibu melahirkan dan neonatus tunggal cukup bulan antara bulan April -Mei 2008. Rerata usia ibu saat melahirkan adalah (28,9+6,38) tahun (rentang 17-42 tahun). Rerata usiagestasi 38 minggu dan rerata berat lahir 3,051 g dengan rentang (1,900-4,100) g. Peningkatan jumlahEB didapatkan pada 39,3% neonatus. Rerata jumlah EB (4,7+4,29) (0-22 EB) per 100 leukosit. NilaiEB 4 memberikan sensitivitas dan spesifisitas terbaik, yaitu 73,3% dan 65,7% dengan area under thecurve (AUC) 0,771.Kesimpulan. Terdapat hubungan bermakna antara riwayat ibu perokok pasif, nilai Apgar menit pertamayang rendah, terdapat mekonium pada air ketuban, dan perawatan intensif neonatus dengan jumlah EB.Peningkatan jumlah EB dapat dipakai untuk menentukan kemungkinan bayi akan mendapat perawatandi ruang intensif. Penelitian lanjutan perlu dilakukan terhadap masing-masing faktor risiko kehamilandan persalinan terhadap jumlah EB untuk memahami patogenesis hipoksia pada neonatus sehingga dapatdirencanakan upaya-upaya preventif.