English (United Kingdom)

https://curated-unify.zendy.io/wp-json/zendy-region/v1/featured_content/oa?rat=en

https://curated-unify.zendy.io/wp-json/zendy-region/v1/highlighted_journal/

Global: Zendy Plus annual

Presents the access of premium content as premium feature

Premium Content

Presents the keyphrase highlighting as premium feature

Keyphrase Highlighting

Presents the summarisation as premium feature

Summarisation

Insights

Presents the pdf analysis as premium feature

PDF Analysis

Presents the zaia usage as premium feature

ZAIA

Global: Zendy Tools annual

Global: Zendy Free Plan

Global: Zendy Tools monthly

Global: Zendy Plus monthly

Jengkol fruit (Archidendron pauciflorum B) is one of the fruits that is attractive to the public, besides being able to attract appetites, jengkol fruit also has many health benefits. One of the uses of jengkol fruit is used as raw material for making crackers. The demand for jengkol crackers continues to increase every year, so the prospect for business opportunities is good. Seeing this opportunity, it is necessary to increase the production capacity of jengkol cracker industry / Small and Medium Scale Industry (SMI) to meet community demand. This study aims to analyze the feasibility of the industrial development plan / IKM cracker jengkol in the IKM kerupuk center area in Jayanti District, Tangerang Regency. The method used in this research is descriptive-quantitative. Analysis of the feasibility of the jengkol cracker IKM development plan includes aspects of raw materials, aspects of technology and aspects of finance. Based on the research results, it was found that the availability of jengkol raw materials to support the industry / IKM was very adequate, which came from the Banten Province, Analisis Kelayakan Rencana Pengembangan IKM Kerupuk Jengkol di Sentra IKM Kerupuk, Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang Mohamad Haifan, Anissa Dwi Hutari, Syahril Makosim 19 process technology and machinery and equipment were already available and controlled. Analysis of the financial aspects assuming the economic age of the business for five years using an interest rate of 9.75 percent gives a positive Net Present Value (NPV) of IDR 857,492,977; Internal Rate of Return (IRR) of 28.64 percent, Benefit / Cost (B / C Ratio) of 1.10; Payback Period (PP) for 2 years 6 months and Break Event Points (BEP) of 154,104 packages per year. Meanwhile, the sensitivity analysis carried out an increase in production costs by five percent and a decrease in the amount of production by five percent obtained a calculation of the business that was still feasible to run. Keyword : Business Feasibility Analysis, Development Plan, Kerupuk Jengkol, Kerupuk Jayanti SMI Center  *Penulis Korespondensi. Tepl081213582131 Alamat E-mail : haifanmohamad1963@gmail.com (Mohamad Haifan) 1. Pendahuluan Industri Kecil dan Menengah (IKM) memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Kontribusi IKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 61,41%, dan kemampuan sektor usaha ini dalam menyerap tenaga kerja mencapai 97% [1]. Dengan kontribusi tersebut, IKM memiliki peran signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, stabilitas sosial dan pengembangan sektor usaha di tengah masyarakat. Belajar dari beberapa Negara maju, seperti Jepang, Italia dan Korea, perhatian pemerintah terhadap keberadaan IKM sangat besar. Dukungan yang diberikan pemerintah kepada IKM terbukti dapat memperkokoh sistem perekonimian Negara tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan pengaruhnya yang tidak terlalu signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Negara tersebut saat terjadi krisis ekonomi global [2]. Untuk itu, berbagai upaya pemerintah perlu dilakukan untuk meningkatkan daya saing IKM yang pada akhirnya mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Kondisi perekonomian yang ditopang oleh keberadaan IKM terbukti tahan terhadap guncanganguncangan yang mengganggu stabilitas perekonomian. IKM bidang pangan merupakan salah satu IKM yang memiliki peran dan kontribusi signifikan terhadap perekonomian masyarakat. Untuk itu, pemerintah perlu memperhatikan dan mendorong peningkatan kinerjanya melalui berbagai fasilitasi dan bantuan yang dibutuhkan. Kerupuk adalah produk olahan makanan ringan yang sudah lama dikenal dan digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Salah satu jenis kerupuk yang disukai masyarakat adalah kerupuk dengan bahan baku jengkol (kerupuk jengkol). Buah jengkol (Archidendron pauciflorum B) mengandung karbohidrat, protein, viatamin A, vitamin B, fosfor, kalsium, alkaloid, minyak atsiri, steroid, glikosida, tannin dan saponin. Sampai saat ini, biji jengkol banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat [3]. Sebagai bahan baku industri krupuk, potensi ketersediaaan jengkol cukup besar. Pada tahun 2018, produksi jengkol di Indonesia tercatat 18.168 ton. Beberapa wilayah penghasil jengkol terbesar, diantaranya Lampung sebanyak 2.753 ton (15%), Banten sebanyak 2.700 ton (14,8%) dan Sumatera Barat sebanyak 2.380 ton (13%) [4]. Melihat potensi dan peluang pasar kerupuk jengkol yang cukup besar, maka perlu rencana peningkatan produksi di IKM kerupuk jengkol. Penelitian ini bertujuan melakukan analisis kelayakan rencana pengembangan idnustri/ IKM kerupuk jengkol dengan kapasitas produksi 119 kg/ hari. Pengembangan IKM kerupuk jengkol direncanakan di sentra IKM kerupuk di Kecamatan Jatyanti, Kabupaten Tangerang dengan pertimbangan mendekati bahan baku berupa buah jengkol dan rencana pemasaran ke wilayah Jawa dan Sumatera. 2. Teori Dasar Kerupuk Kerupuk adalah makanan ringan yang cukup populer di Indonesia. Kerupuk umumnya dikonsumsi sebagai makanan pelengkap atau sebagai camilan. Pada dasarnya kerupuk mentah diproduksi dengan gelatinisasi pati adonan pada tahap pengukusan, selanjutnya adonan dicetak dan dikeringkan. Pada proses penggorengan akan terjadi penguapan air yang terikat dalam gel pati akibat peningkatan suhu dan dihasilkan tekanan uap yang mendesak gel pati, sehingga terjadi pengembangan dan sekaligus terbentuk ronggarongga udara pada kerupuk yang telah digoreng. Berdasarkan penggunaan proteinnya, kerupuk dibagi menjadi kerupuk tidak bersumber protein dan kerupuk bersumber protein [5]. Adapun syarat mutu kerupuk dapat dilihat pada Tabel 1. Jurnal IPTEK, Vol. 5, No. 1, Februari 2021: 18-26 20 Tabel 1. Syarat Mutu Kerupuk (SNI 01-2713-1999) No. Jenis Uji Persyaratan 1. Rasa dan aroma Khas kerupuk ikan 2. Serangga dan benda asing Tidak ternyata 3. Kapang Tidak ternyata 4. Air (%) Maks. 11 5. Abu tanpa garam (%) Maks. 1 6. Protein (%) Maks. 6 7. Lemak (%) Maks. 0,5 8. Serat kasar (%) Maks. 1 9. Bahan tambahan makanan Tidak ternyata atau sesuai dengan peraturan yang berlaku 10. Cemaran logam berbahaya (Pb, Cu, Hg) 11. Cemaran Arsen (As) Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 1999 Buah Jengkol Buah jengkol (Pithecellobium lobatum B.) adalah tumbuhan yang dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan musim kemarau yang tidak terlalu panjang [6]. Biji jengkol adalah bagian tanaman yang paling banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat. Sementara itu, kulit buah tanaman jengkol mengandung alkaloida, flavonoida, saponin, tannin, glikosida dan steroid atau triterpenoid [7]. Biji jengkol dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kerupuk yang ditambahkan dengan bahan pendukung lainnya, diantaranya tepung tapioka, bawang putih, garam, terasi, bahan penyedap dan sebagainya. Industri Kecil dan Menengah (IKM) Industri Kecil dan Menengah (IKM) adalah perusahaan industri yang skala usahanya ditetapkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan nilai investasi oleh Menteri sebagai Industri Kecil dan Industri Menengah. Secara khusus, industri kecil dan industri menengah memiliki karakteristik yang hampir sama sehingga dikelompokkan menjadi satu dengan istilah Industri Kecil dan Industri Menengah atau IKM [8]. Bersarkan klasifikasi usaha industri, industri kecil merupakan industri yang mempekerjakan paling banyak 19 orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi kurang dari Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Industri menengah merupakan industri yang memenuhi ketentuan antara lain mempekerjakan paling banyak 19 orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) atau mempekerjakan paling sedikit 20 orang tenaga kerja dan memiliki nilai investasi paling banyak Rp 15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah) [9]. Kriteria Kelayakan Finansial Usaha Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari pendapatan yang ada pada investasi dengan tingkat suku bunga tertentu [10] Perhitungan NPV dapat dirumuskan sebagai berikut: NPV = ∑ Bt − Ct (1 + i)t t=n t=1 ... ... ... ... ... ... . (1) Keterangan: Bt = penerimaan (benefit) pada tahun ke-t (Rp) Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t (Rp) t = tahun proyek i = suku bunga yang digunakan (%) n= tahun proyek ke-n (tahun) Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk dan investasi suatu usaha [10]. Perhitungan IRRdapat dirumuskan sebagai berikut: IRR=i1+ NPV1 NPV1 ─ NPV2 × (i2─ i1) (2) Keterangan: i1 = suku bunga yang menghasilkan NPV positif (%) i2 = suku bunga yang menghasilkan NPV negatif (%) NPV1 = NPV positif (Rp) NPV2 = NPV negatif (Rp) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara total penerimaan pada cashflow positif dan negatif [10]. Perhitungan Net B/C dapat dirumuskan sebagai berikut: