English (United Kingdom)

https://curated-unify.zendy.io/wp-json/zendy-region/v1/featured_content/oa?rat=en

https://curated-unify.zendy.io/wp-json/zendy-region/v1/highlighted_journal/

Global: Zendy Plus annual

Presents the access of premium content as premium feature

Premium Content

Presents the keyphrase highlighting as premium feature

Keyphrase Highlighting

Presents the summarisation as premium feature

Summarisation

Insights

Presents the pdf analysis as premium feature

PDF Analysis

Presents the zaia usage as premium feature

ZAIA

Global: Zendy Tools annual

Global: Zendy Free Plan

Global: Zendy Tools monthly

Global: Zendy Plus monthly

Benefits of white vitamin C to increace the immune system is already exis. However, use of high doses of vitamin C for a long time can cause side effects.. The objective of this study was to determine the side effects of high-dose injections of vitamin C in the long term on sperm quality of rats. The design used in this study is completely randomized design (CRD) with long treatment injections of high doses of vitamin C are different i.e. P0 (control), P1 (injected 30 days), P2 (injected 50 days ), P3 (injected 70 days) and P4 (injected 90 days). Parameters measured were sperm quality (motility, viability, morphology, number). The results showed that the sperm quality of rats (Rattus novergivus). Sperm quality of male rats (Rattus norvegivus L.) were injected vitamin C in high doses for long periods of time between the control and treatment groups showed significant differences (P = 0.000). Sperm quality of mice injected high doses of white vitamin C tend to decrease sperm quality indicated by percentage of motility, viability, and morphology of spermatozoa although the concentration of spermatozoa tends to increase. Keyword: white vitamin C, rat, sperm quality JURNAL METAMORFOSA 6 (1): 7-13 (Maret 2019) eISSN: 2655-8122 ISSN: 2302-5697 8 PENDAHULUAN Saat ini untuk mendapatkan kulit cerah dan bersih dengan cara injeksi vitamin C sudah banyak ditawarkan baik oleh dokter kulit maupun oleh praktisi-praktisi kecantikan. Harganya pun terjangkau mulai Rp 100.000 sampai Rp 300.000 perampul untuk sekali suntik. Untuk sekali injeksi vitamin C dosis yang diberikan 1000-4000 mg. Sedangkan dosis vitamin C yang disarankan untuk menjaga kesehatan sekitar 50-75 mg/ hari. Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air, artinya kelebihan vitamin ini tidak bisa disimpan oleh tubuh seperti vitamin A,D,E dan K yang larut dalam lemak, sehingga bila kadar vitamin C berlebih maka akan dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal. Oleh karena itu disarankan untuk mengkonsumsi vitamin C setiap hari sesuai kebutuhan (Dwi Rahayu, 2013). Jadi, dosis vitamin C yang diberikan melalui injeksi white vitamin C sangat tinggi dibandingkan dengan dosis normal yang diperlukan sehingga akan membuat tubuh dan ginjal bekerja lebih berat untuk mengeluarkan kelebihan vitamin tersebut dari tubuh. Selain itu, diduga pemberian dosis tinggi vitamin C dalam jangka panjang menyebabkan pembentukan batu ginjal, dan beberapa efek negatif dari injeksi vitamin C yang ditulis oleh media on line antara lain dapat menyebabkan aborsi, mens tidak teratur, menopause dini serta maag. Hasil penelitian Sudatri dkk (2016) menunjukkan bahwa injeksi vitamin C dosis tinggi berpengaruh nyata terhadap kerusakan histologis hati serta kadar kadar SGPT-SGOT plasma. Penelitian tentang efek vitamin C dosis tinggi terhadap sistem reproduksi betina menyebabkan siklus estrus tikus menjadi lebih panjang dan jumlah anak yang dihasilkan menjadi lebih sedikit (Sudatri dkk, 2015). Saat ini, untuk tampil menarik tidak hanya dimonopoli oleh kaum wanita saja, kaum pria juga ingin tampil menanrik. Banyak kaum pria yang sudah melakukan perawatan muka termasuk injeksi vitamin C. Oleh karena itu, untuk melihat efek injeksi vitamin C dalam jangka panjang pada sistem reproduksi jantan maka perlu dilakukan penelitian mengenai efek samping injeksi vitamin C dosis tinggi terhadap sistem reproduksi dengan memakai tikus jantan sebagai hewan model. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek samping dari injeksi vitamin C dosis tinggi dalam jangka waktu yang lama terhadap kualitas sperma dan gambaran histologi testis tikus jantan. BAHAN DAN METODE Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan lama injeksi vitamin C dosis tinggi yang berbeda, yaitu lama injeksi 30 hari (P1), lama injeksi 50 hari (P2), dan lama injeksi 70 hari (P3), lama injeksi 90 hari (P4) dan kontrol (P0) serta ulangan 10 kali sehingga hewan coba yang dipakai sebanyak 50 ekor. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah white vitamin C dosis tinggi (4000 mg/sekali injeksi) untuk manusia yang didapatkan dari sebuah supplier yang biasa menyuplai bahan tersebut ke rumah-rumah kecantikan di kota Denpasar. Hewan coba yang digunakan adalah tikus jantan dewasa usia 3-4 bulan dengan berat badan antara 150-200 gram. Dosis yang digunakan dikonversikan dari dosis yang digunakan pada manusia ke tikus. Berat badan wanita dewasa yang diinjeksi diperkirakan kurang lebih 70 kg, sehingga dosis vitamin C yang diberikan pada tikus adalah 28 mg/sekali injeksi/ ekor. Setelah perlakuan, tikus jantan pada masing-masing kelompok dieuthanisia nyawanya dengan cara dislokasi leher dan dibedah. Sperma diambil dari cauda epididimis. Cauda epididimis diletakkan di cawan petri yang telah berisi 2 ml NaCl 0,9%, kemudian organ dicacah menjadi potongan-potongan kecil, diaduk hingga homogen, dibuat sediaan dan siap untuk diamati. Variabel yang diamati meliputi motilitas spermatozoa, viabilitas spermatozoa, morfologi spermatozoa, jumlah spermatozoa. Motilitas Spermatozoa Suspensi spermatozoa dalam NaCl 0.9% diteteskan di atas gelas objek dan ditutup JURNAL METAMORFOSA 6 (1): 7-13 (Maret 2019) eISSN: 2655-8122 ISSN: 2302-5697 9 dengan gelas penutup diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan direkam dengan kamera optilab yang dihubungkan dengan laptop. Pengamatan diulang dua kali untuk satu ekor. Jumlah spermatozoa yang motil dihitung berdasarkan kriteria WHO (WHO, 1988). Kategori 0 (sperma tidak bergerak sama sekali), kategori 1 (sperma bergerak lambat), kategori 2 (sperma bergerak ke depan dengan kecepatan sedang atau berputar-putar), kategori 3 sperma bergerak lurus ke depan. Persentase kategori sperma motil ditentukan berdasarkan katagori 2 dan 3 dibagi dengan banyaknya sperma yang diamati dikalikan 100%. Viabilitas Spermatozoa Untuk melihat viabilitas spermatozoa, suspensi spermatozoa dalam NaCl 0,9% dipipet sebanyak satu tetes, kemudian diletakkan pada gelas objek, spermatozoa tersebut difiksasi dengan formalin 2% dalam aquades selama 10 menit lalu dibuat apusan. Setelah kering lalu diberi pewarna Eosin 2% dalam aquades selama 15 menit kemudian dibilas dengan aquades dan diamati mikroskop dengan pembesaran 400x dan difoto dengan kamera optilab yang dihubungkan dengan laptop. Spermatozoa yang hidup tidak berwarna sedangkan spermatozoa yang mati berwarna, hasilnya dinyatakan dalam persen (Lina, 2013). Morfologi Spermatozoa Pengamatan morfologi spermatozoa dilakukan dengan sediaan apusan spermatozoa yang diwarnai denga Eosin 2% dan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 400x dan difoto dengan kamera optilab yang dihubungkan dengan laptop. Pengamatan morfologi ditekankan pada kelainan bentuk dan abnormalitas spermatozoa. Bentuk spermatozoa disebut abnormal bila terdapat satu atau lebih bagian spermatozoa yang abnormal (kepala, midpiece, ekor melingkar, kepala kecil, ekor double), dan hasilnya dinyatakan dalam persen. Jumlah Spermatozoa Untuk melihat jumlah spermatozoa, suspensi spermatozoa dalam NaCl 0,9% dipipet dan dihisap dengan pipet leukosit dan dilakukan pengenceran 20x dengan NaCl 0.9%. Setelah itu sperma yang telah diencerkan, tetesan pertama dari pipet dibuang, tetesan selanjutnya diamati dalam kamar hitung hemasitometer Improved Neubauer di bawah mikroskop yang dihubungkan dengan kamera optilab dan laptop dengan pembesaran 400x. Jumlah spermatozoa dihitung pada 16 kotak. Perhitungan spermatozoa untuk pengenceran 20 kali adalah 10.000 x 20 = 200.000/ml. maka N jumlah sperma didapat jadi N x 200.000/ml (Wena dkk. 2016). HASIL Dari hasil penelitian didapatkan hasilbahwa rata-rata bobot testis tikus jantan (Rattus novergivus L.) yang diinjeksi vitamin C dosis tinggi dalam jangka waktu lama berbeda nyata (P=0,013). Pada perlakuan P4 bobot testis paling tinggi karena semakin lama umur tikus bobot badannya semakin bertambah, begitu juga berat organ testisnya. Ada kecenderungan pertambahan bobot testis dengan bertambahnya umur tikus. Sedangkan jumlah sperma tikus jantan yang diinjeksi vitamin C dosis tinggi dalam jangka waktu lama sangat berbeda nyata antara kontrol dan perlakuan (P=0,000). Tabel 1. Uji ANOVA dan standar error bobot testis tikus jantan yang diinjeksi white vitamin C dosis tinggi dalam jangka waktu lama dilanjutkan dengan uji Duncans No Perlakuan Rata-rata bobot testis (g) Jumlah sperma/ ml (juta) 1 K (Kontrol) 1,14 ± 0,09 a 147,64 ± 48,6 a 2 P1 (30 hari) 0,94 ± 0,09 a b 22,8 ± 8,84 b 3 P2 (50 hari) 1,16 ± 0,05 a b 85,5 ± 14,11 a b 4 P3 (70 hari) 1,16 ± 0,03 a b 152,7 ± 18,8 a 5 P4 (90 hari) 1,37 ± 0,08 b 237,4 ± 25,1 c JURNAL METAMORFOSA 6 (1): 7-13 (Maret 2019) eISSN: 2655-8122 ISSN: 2302-5697 10 Motilitas Sperma Rata-rata motilitas sperma motilitas sperma tikus jantan (Rattus norvegivus L.) yang diinjeksi vitamin C dosis tinggi dalam jangka waktu lama tipe A (bergerak cepat lurus ke depan) antara kontrol dan perlakuan sangat berbeda nyata (P= 0,000). Sedangkan motilitas sperma motilitas sperma tikus jantan (Rattus norvegivus L.) yang diinjeksi vitamin C dosis tinggi dalam jangka waktu lama tipe B (sperma bergerak ke depan dengan kecepatan sedang atau berputar-putar) antara kontrol dan perlakuan sangat berbeda nyata tipe B (bergerak P=0,135). Motilitas sperma motilitas sperma tikus jantan (Rattus norvegivus L.) yang diinjeksi vitamin C dosis tinggi dalam jangka waktu lama tipe C (sperma bergerak lambat) antara kontrol dan perlakuan tidak nyata (P=0.632), begitu juga motilitas sperma tipe D (sperma tidak bergerak) antara perlakuan dan kontrol berbeda nyata (P=0,0102). Sperma dikatakan motil bila sperma tipe A dan tipe B nya di atas 50%. Tabel 2. Uji ANOVA dan standar error motilitas sperma tikus jantan yang diinjeksi white vitamin C dosis tinggi dalam jangka waktu lama dilanjutkan dengan uji Duncans No Perlakuan Motilitas tipe A (%) Motilitas tipe B (%) Motilitas tipe C (%) Motilitas tipe D (%) 1 K (Kontrol) 5,05 ± 2,7 a 8,64 ± 2,7 a b 35,9 ± 6,2 a 50,3 ±

Sperm Quality Reduction of Rats (Rattus novergivus) Injected by High Dosage of White Vitamin C in Long Term