Open Access
PERANAN KONTROL SOSIAL DAN OPTIMALISASI KEBIJAKAN KEADILAN RESTORATIF PADA ANAK PELAKU TINDAK PIDANA
Author(s) -
Yuarini Wahyu Pertiwi,
Ika Dewi Sartika Saimima
Publication year - 2022
Publication title -
jurnal hukum dan peradilan/jurnal hukum dan peradilan
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2528-1100
pISSN - 2303-3274
DOI - 10.25216/jhp.11.1.2022.109-133
Subject(s) - humanities , political science , physics , philosophy
Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA) Jawa Barat merilis, tahun 2020 terdapat 241 jumlah tahanan anak dan 429 napi anak. Perilaku pidana pada anak terikat dengan kontrol sosial seperti attachment, responsibility, involvement, dan believe yaitu semakin positif ikatannya semakin rendah kemungkinan terjadi pelanggaran hukum. Isu utama dari penyelesaian perkara pidana anak adalah sistem peradilan pidana yang tidak berpihak terhadap anak karena penanganannya yang belum menerapkan kebijakan keadilan restoratif. Anak yang melakukan tindak pidana idealnya perlu dikembalikan ke kondisi semula, tidak hanya sekedar menghukum perbuatannya. Faktanya, data tahanan anak dan napi anak menunjukkan indikasi kebijakan keadilan restoratif yang kurang optimal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran kontrol sosial pada anak sebagai pelaku tindak pidana dan untuk mengetahui kebijakan keadilan restoratif pada proses penyelesaian perkaranya. Penelitian ini adalah deskriptif, teknik analisis data yaitu kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Subjek penelitian berjumlah 22 napi anak dan tahanan anak di salah satu Lembaga Pemasyarakatan wilayah Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan kontrol sosial berperan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana, serta penyelesaian perkara pidana anak berdasarkan kebijakan keadilan restorative belum optimal. Banyak kegagalan diversi dan persentase cukup tinggi pada putusan pidana penjara yang seharusnya menjadi pilihan terakhir. Stigma masyarakat juga besar bahwa anak yang melanggar hukum harus dipenjara. Pada sisi lain, trauma proses pemeriksaan, kehidupan penjara, sampai stereotip mantan napi mempengaruhi fungsi psikologis anak, dimana menjadikan kurang percaya diri karena merasa tidak berharga, bahkan menjadi penyebab sebagai residivis karena merasa tidak termaafkan meskipun sudah menjalani hukuman.