Open Access
Erotika Syeh Amongraga: Kajian Teologi Mistik dan Seksualitas dalam Serat Centhini
Author(s) -
Andreas Kristianto
Publication year - 2021
Publication title -
gema teologika
Language(s) - English
Resource type - Journals
eISSN - 2502-7751
pISSN - 2502-7743
DOI - 10.21460/gema.2021.62.607
Subject(s) - theology , humanities , servant , art , sociology , philosophy , computer science , programming language
AbstractThis article attempts to explore the eroticism of Syeh Amongraga in Serat Centhini. The author uses Serat Centhini edited by Karkono Partokusumo (1985) and the latest contemporary novel by Elizabeth D. Inandiak with the title Centhini: Kekasih yang Tersembunyi (2018). This paper is a qualitative descriptive study using the perspective ofreviewing mystical theology and sexuality. The result suggests that Serat Centhini is a Javanese literary work containing erotic spirituality concerning the idea of “ngudi kasampurnaan” (seeking perfection), “manunggaling kawula lan Gusti” (integrating the servant with God), “pamongraga lan pamongrasa” (guardian body and guardian mysticfeeling), and erotic celebrations. The study of the Centhini opens a new horizon in contextual theology to view sexuality positively, especially in its encounter with the bible book Song of Songs.
AbstrakArtikel ini berupaya untuk menggali erotika Syeh Amongraga dalam Serat Centhini. Penulis menggunakan karya teks Serat Centhini edisi Karkono Partokusumo (1985) dan novel kontemporer terbaru karya Elizabeth D. Inandiak dengan judul Centhini: Kekasih yang Tersembunyi (2018). Tulisan ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan perspektif tinjauan teologi mistik dan seksualitas. Hasilnya adalah Serat Centhini menjadi karya sastra Jawa yang mengandung spiritualitas erotis, spiritualitas yang menyangkut gagasan tentang “ngudi kasampurnan” (mencari kesempurnaan), “manunggaling kawula lan Gusti” (menyatunya hamba dengan Tuhan), “pamongraga lan pamongrasa” (pemeliharaan tubuh dan pemeliharaan rasa), dan perayaan erotis. Kajian Serat Centhini ini membuka cakarawala baru dalam teologi kontekstual untuk memandang seksualitas secara positif, khususnya dalam perjumpaannya dengan kitab Kidung Agung.